Rabu, 20 Juli 2011

Tempo Dulu & Kini

Judul ini muncul pada halaman 9 Media Indonesia yang terbit hari ini (21/7/2011) yang bercerita tentang Tugu Kemerdekaan yang berada di Jln. Pahlawan, Kelurahan Nun Baun Delha, Kupang Nusa Tenggara Timur. Tugu Kemerdekaan dengan tinggi 10 meter dengan desain awal yang cukup menarik yaitu terdiri dari lima tingkatan yang melambangkan sila dari Pancasila dan ditulis dalam setiap tingkatan, dan dipuncak tugu juga terdapat tulisan teks Sumpah Pemuda. Namun dalam perkembangannya kedua tulisan itu mulai memudar dan menghilang. Pada 17 Agustus tahun ini tugu itu akan berusia 54 tahun. Menjelang peringatan 17 Agustus, tugu mulai dibersihkan dan dicat ulang, namun sayang setelahnya banyak orang iseng mencorat-coret tugu dengan cat. Begitulah kurang lebih isi berita.
Memang tidak dipungkiri dan sudah banyak sekali bukti bahwa masyarakat kita sudah mulai sedikit melupakan sejarah, setidaknya hal ini terlihat dari kondisi seja. Banyak situs sejarah seperti Tugu Kemerdekaan di Kupang yang bernasib sama. Seperti kata Sejarawan Universitas Ne­geri Medan (Unimed), Erond Damanik, di Medan, Kamis, mengatakan, Sumatera Utara sedikitnya memiliki delapan situs utama yakni Situs Karus, Padang Lawas, Putri Hijau, Kota China, Kota Ren­tang, Pulau Kampai, Kilang Minyak Pangkalan Brandan. “Termasuk bangunan-ba­ngunan bersejarah peninggalan kolonial Belanda yang tersebar di beberapa kota di daerah itu. Namun sayangnya dari delapan situs utama yang terdapat di Sumatera Utara, semuanya hampir terabaikan begitu saja tanpa adanya perhatian yang serius dari berbagai pihak,” katanya (http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=4701:delapan-situs-sejarah-kurang-terawat&catid=7:rantau&Itemid=72). Bukan hanya terjadi di Sumatera Utara, di Aceh peninggalan kerajaan Hindhu-Budha seperti situs Indra Purwa, Indra Patra, dan Indra Puri juga tidak ditangani secara maksimal ( http://arsip.jurnalparlemen.com/news/sosial-budaya/situs-sejarah-di-aceh-kurang-terawat.html), dan benteng peninggalan Belanda yang dibangun tahun 1785 didesa Kalimook, Kalianget, Sumenep, Madura juga tidak terawat dengan baik (http://www.kabarmadura.com/benteng-bersejarah-kalimook-kurang-terawat.html). Fenomena ini tidak hanya terjadi didaerah tersebut, tapi hampir menyeluruh di pelosok negeri ini, situs-situs sejarah tersebut banyak yang tidak terawat dengan baik.
Rasa kecewa dan sedih mungkin muncul saat memperhatikan fakta tersebut. Kita pasti masih ingat ungkapan Jas Merah yang artinya Jangan Pernah Melupakan Sejarah. Bukan ingin mendiskritkan bahwa masyarakat sekarang sudah mulai melupakan sejarah, tapi kondisi memprihatinkan terhadap berbagai situs sejarah yang seolah sudah tidak mempunyai nilai lagi dimasyarakat lebih menyakitkan rasa kebangsaan. Coretan-coretan yang dengan mudah kita temukan dalam bangunan situs-situs sejarah tersebut setidaknya membuktikan bahwa bangunan yang memperingatkan kita akan peristiwa penting dimasa lalu, sudah dianggap sebagai onggokan bangunan yang tidak berharga.
Semoga itu hanyalah sebuah kekhawatiran belaka atas terdegradasinya nilai-nilai kebangsaan di masyarakat. Semoga hal tersebut juga bukan berarti bahwa nilai-nilai kebangsaan tidak lagi menjadi pegangan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar